Tidak hanya penyakit yang bisa menular, ternyata tertawa pun bisa menular. Hal itu disampaikan oleh ilmuwan inggris yang menemukan fakta bahwa tertawa merupakan sesuatu yang menular dan telah diindentifikasikan bagaimana otak manusia "terinfeksi" oleh rasa gembira ini. Seseorang yang mendengar suara tertawa atau suara lucu akan memicu respons area tertentu di otak yang mengaktifkan orang tersebut untuk tersenyum. Dalam studi itu, pasien dimonitor respons otaknya dengan menggunakan MRI fungsional. Suara yang diperdengarkan dapat bersifat positif seperti tertawa atau sorakan gembira, dan juga suara negatif seperti mau muntah atau teriakan. Semua suara tersebut memicu respon di daerah korteks premotorik yang berhubungan dengan otot-otot wajah. Respons tersebut lebih besar jika yang didengar adalah suara positif dibandingkan suara negatif. Seseorang biasanya akan mengalami emosi positif dengan ikut tertawa atau bersorak gembira jika menonton komedi atau lelucon dalam kelompok besar. Respons otak yang secara otomatis membuat kita tertawa atau tersenyum merupakan tingkah laku meniru hal yang dilakukan oleh orang lain sehingga hal itu dapat membantu kita mengadakan interaksi sosial. Hal demikian dapat mempunyai peran penting dalam ikatan sesama individu dalam suatu kelompok.