Komunitas Anak Mataram

Members Login
Username 
 
Password 
    Remember Me  
Post Info TOPIC: Sinta yang Sexy


Guru

Status: Offline
Posts: 591
Date:
Sinta yang Sexy


Rumah keluarga Hardianto sangat mewah dan bergaya aristokrat Jawa. Sebuah
rumah yang selalu kuidamkan. Dan hari itu aku mempunyai janji dengan Bu
Hardi untuk konsultasi interior ruang tidur utama dan anaknya.

"Selamat siang bu" Aku menyapa. Bu Hardi berdiri didepan pendopo sambil
tersenyum.
"Selamat siang juga, silahkan masuk" Bu Hardi berjalan mendahuluiku menuju
pintu utama. Wanita itu kelihatan cantik dan ayu, walaupun mungkin usianya
sudah 40 tahunan, tapi tubuhnya masih sangat terpelihara, buah dadanya besar
menyembul dari balik kebaya yang dikenakannya. Aku jadi membayangkan yang
tidak2 sewaktu melihat pinggul Bu Hardi yang bergoyang2 ketika berjalan.
Kubayangkan meremas pinggul itu tentu enak.

"Maaf kalau rumah saya kelihatan berantakan" Kata Bu Hardi. Aku tertawa
kecil.
"Aah...rumah Ibu sangat bagus dan punya nuansa yang sangat bagus" Jawabku
sejujur mungkin. Lalu Bu Hardi menyuruh pelayannya menghidangkan minuman dan
memanggil anaknya.

"Silahkan duduk" Ajak Bu Hardi. Aku lalu duduk sambil memperhatikan ruang
keluarga yang sangat luas itu. Semua tertata dengan indah disertai sentuhan2
asesoris yang mencerminkan pemilik rumah punya selera tinggi. Bu Hardi duduk
diseberangku, kuperhatikan wajah yang ayu itu, tapi yang paling menarik
perhatianku adalah gunung yang menyembul dari balik kebayanya.

"Bagaimana.....kok diam saja" Tiba2 suara bu Hardi membuatku sadar dari
lamunan jorok.
"Oh...rumah Ibu tertata dengan sangat baik dan saya kira...." Ucapanku
terhenti ketika seorang gadis manis berjalan menuruni tangga. Gadis itu
masih muda sekali, mungkin baru umur 18 tahunan, rambutnya panjang, ia
memakai kaus ketat dan celana pendek ketat. Aku makin kagum melihat kesamaan
buah dada yang besar antara Ibu dan anaknya. Diam2 aku menelan ludah,
alangkah beruntungnya kalau aku dapat memacari gadis itu.

"Ooo...kenalkan ini anak saya satu2nya, namanya Sinta" Kami lalu berkenalan.
Senyuman gadis itu sangat manis, walaupun tidak dapat dibilang secantik
ibunya, tapi tubuhnya betul2 aduhai. Kami lalu duduk sama2 diruangan itu,
aku mulai mengeluarkan notes untuk mencatat apa yang akan dibutuhkan mereka
dalam menata ruangan nanti. Kami lalu memperbincangkan disain.

"Nah sekarang saya ingin melihat ruang yang hendak Ibu tata kembali"
"Ayolah.....biar Sinta yang mengantarkan adik melihatnya, soalnya Ibu ada
arisan dan sekarang sudah harus pergi" Bu Hardi lalu beranjak keluar.

"Mau lihat yang mana dulu, kamar Ibu atau kamar saya?" Sinta bertanya sambil
bangkit berjalan menuju tangga. Aku mengikuti dari belakang sambil
memperhatikan pantatnya yang sangat menonjol dan kelihatan kencang sekali.

"Terserah yang mana dulu, toh nanti juga kelihatan semua" Jawabku. Kami lalu
naik tangga dan tiba didepan pintu salah satu kamar yg paling dekat dengan
tangga. Sinta membuka pintu lalu berjalan masuk. Tercium bau harum ketika
aku melangkah masuk mengikutinya. Kamar itu sangat bagus dan luas, semua
telah tersedia, ranjang yang besar, bedside table dan lampu tidur yang
indah, buffet TV yang juga sangat lengkap. Aku jadi bingung apanya yang mau
dirubah. Lalu kami berjalan menuju dressing room, ternyata itu kamar Sinta.
Dressing room semuanya penuh dengan lemari pakaian dan laci2 pakaian dalam.
Dan semua tertata rapi.

"Saya jadi bingung, apa lagi yang mau dirubah, kamar ini sudah sangat bagus
kok" Ujarku.
"Yah...tapi Sinta dan Ibu sudah bosan dengan meubel dan interiornya,
pokoknya tolong dirubah semua deh, Sinta mau suasananya lebih gelap dan
lebih cozy" Jawab gadis itu.
"Oke...kalau begitu saya perlu mengukur ruangan ini secara kasar dulu, nanti
ada orang yg akan mengukur detail2nya" Aku lalu mengeluarkan meteran dr
kantung celana dan mulai mengukur ruangan yang cukup luas itu. Waktu aku
sedang mengukur dekat ranjang, mataku tertumbuk pada majalah2 yang
tergeletak agak masuk kekolong ranjang. Kuperhatikan ternyata majalah
Playboy dan majalan homo, tidak itu saja, ada beberapa VCD porno juga. Tiba2
saja Sinta sudah ada dibelakangku dan tangannya secepat kilat membereskan
majalah dan vcd yang berserakan dikolong ranjang.

"Aduh sorry ya....." Ucap gadis itu, kulihat wajahnya seperti tanpa dosa.
Aku tersenyum kecut.
"Ah nggak apa2 kok.....biasa" Jawabku.
"Itu punya teman yang ketinggalan waktu nginap kemarin" Gadis itu berusaha
berdalih.
"Punya sendiri juga nggak apa2 sich" Ujarku sambil meneruskan mengukur. Kali
ini aku kaget lagi waktu tak sengaja tanganku menyentuh sesuatu dekat kolong
ranjang sisi lain. Aku keluarkan barang itu agar tidak menghalangi
meteranku, setelah kuperhatikan ternyata itu sebuah dildo yang memakai
baterai, bentuknya persis penis, tapi ada jumbai2 diujungnya, aku tak tahu
untuk apa. Kudengar Sinta menjerit tertahan, lalu tangannya merebut benda
itu dari tanganku. Kali ini wajahnya memerah, cepat2 dimasukkan benda itu
kedalam laci.

"Aduh....maaf banget...pasti ketinggalan lagi" Kata Sinta. Aku tersenyum.
"Masa sih???" Aku mencoba menggoda. Diam2 penisku menjadi agak tegang.
"Betul...saya sih nggak pernah cobain" Bantah gadis itu.
"Masa sih???"
"Betul...masa saya bohong?"
"Kalau begitu harus dibuktikan" Jawabku makin berani. Sinta memandangiku,
mula2 kelihatan kaget.
"Maksud mas?" Tanyanya kedengarannya sih lugu.
"Iya kalau belum pernah kan kelihatan" Aku makin berani lagi. Mungkin agak
vulgar tapi biarlah.
"Enak aja.....Mas dulu aja yang kasih lihat" Aku terkejut juga mendengar
jawaban itu.
"Bener nih???" Tantangku. Sinta terkekeh.
"Coba...." Aku tak menunggu lagi, segera kubuka ikat pinggangku lalu
resulting celanaku, dan kupelorotkan celanaku, lalu kukeluarkan penisku yang
sudah setengah tegang itu. Sinta menutup mulutnya sambil menatap penisku
yang cukupan buat orang timur.
"Iiiih jorook....." Bisik gadis itu. Aku makin berani, kukocok pelan penisku
dihadapannya, segera menjadi tegang walaupun belum maksimal.
"Sekarang giliran kamu dong...." Kataku sambil membiarkan penisku tetap
diluar.
"Malu ah...." Gadis itu mencoba bangkit dari duduknya. Tapi aku menahannya.
"Lho kan udah janji???" Protesku.
"Iya tapi kan malu....."
"Nggak bisa...kalau janji harus ditepati"
"Iya deh...tapi buka sendiri aja" Segera tanganku menarik tururn celana
ketat dari bahan kaus itu. Sekarang kulihat celana dalamnya yang tipis
berwarna hitam. Aku tarik lagi celana dalam itu, sehingga terlihat vaginanya
yang tertutup bulu yang tidak begitu lebat. Kulihat bentuk vagina Sinta
masih bagus sekali, clitnya tidak terlihat karena gadis itu sedang
merapatkan kedua kakinya. Perlahan aku raba, Sinta mengelak malu2 tapi tidak
berusaha keras, sehingga jari2ku masih tetap mengelus vaginanya. Ia mulai
menggeliat kecil disertai desisan lembut. Lalu kumasukkan satu jariku
kedalam lubang vaginanya, Sinta menggigit bibirnya sambil memandangku.

"Lho kok digituin? katanya mau membuktikan" Sinta protes tapi tak bergerak.
"Iya ini kan baru pembuktian awal" Jawabku. Kuteruskan kegiatanku dengan
rajin.
"Cium....." Bisiknya. Aku segera bangun dan menciumnya. Lidah kami saling
mengait, ia melumat bibirku dan aku membalsanya dengan penuh nafsu. Tanganku
masuk kedalam kausnya lalu kuremas2 buah dadanya yang ternyata tidak memakai
bra. Kuelus elus puting susunya dan tanpa kusadari aku dan Sinta telah jatuh
keatas ranjangnya. Tangan Sinta menggenggam penisku lalu meremas perlahan,
ternyata gadis ini sudah berpengalaman. Tanganku terus menelusuri seluruh
lekuk tubuhnya. Wangi perfume yang lembut makin menambah gelora
kejantananku. Aku mulai merasakan cairan vaginanya yang mulai membanjir
sehingga tiga jariku dapat masuk dengan leluasa.

"Aaahhh...masukin saja Mas, biar terbukti" Rintih Sinta. Tangannya menuntun
penisku kearah vaginanya. Aku pasrah merasakan penisku digosok2kan
divaginanya. Lalu aku mulai mendorong sehingga penisku segera terbenam dalam
liang vagina Sinta. Hampir bersamaan aku dan dia mengeluh nikmat.

"Uuuhhhhh......enak sekali Mas.....pelan2 saja sodoknya" Rintih Sinta.
Kuturuti kemauanya. Kupompa perlahan2 sambil merasakan kenikmatan yang
menjalar keseluruh tubuhku. Tangan Sinta meremas2 pantatku, sebentar2 ia
mengangkat pinggulnya, seolah2 ingin seluruh penisku menghujam makin dalam.
Kami bergumul sambil berciuman, kadang2 kuhisap puting susunya yang berwarna
merah muda dan masih sangat bagus bentuknya.

"Saya yang diatas Mas...." Lalu kami bergulingan sehingga Sinta berada
diatas. Sekarang gadis itu yang bekerja memompa penisku, rambutnya yang
panjang kadang2 jatuh kewajahku, tanganya memilin2 puting dadaku sedangkan
tanganku terus meremas buah dadanya dengan lembut.

"Aduhhh......Sinta nggak tahan lagi Maassss........aaakhhh" Kurasakan ia
menekan vaginanya sedalam mungkin sambil menggoyang2 pinggulnya. Lalu
kulihat kedua matanya membalik seperti orang kesurupan, tangannya mencakar2
dadaku. Sekian lama berlalu tapi gadis itu masih terus memejamkan matanya
dan menekan kuat vaginanya. Penisku seperti berdenyut2 didalam liang itu.
Lalu Sinta mulai lagi mengangkat pinggulnya dan memompa penisku lagi.
Kemudian bibirnya melumat bibirku. Setelah beberapa lama ternyata aku masih
belum mencapai orgasme. Lalu ia bangkit dan mengambil tissue, kemudian
tissue itu dipilin2 lalu dimasukkan kedalam vaginanya.

"Banjir.....nah sekarang giliran Mas yang harus keluar" Kemudian Sinta naik
lagi keatas tubuhku. Kali ini kurasakan penisku agak sulit masuk kedalam
liang vaginanya. Tapi setelah masuk dan dipompa oleh Sinta, saya merasakan
apa sebenarnya yang dinamakan kenikmatan senggama. Perasaanku campur aduk
merasakan nikmatnya enjotan Sinta.

"Aduuuh Sin....saya mau ke...." Belum sempat ucapanku habis, air maniku
menyembur kencang didalam vagina Sinta. Gadis itu menekan sedalam mungkin
penisku sambil menggoyang2kan pinggulnya. Lalu setelah beberapa saat ia
mengangkat pinggulnya sehingga penisku tercabut keluar, lalu dimasukkan lagi
perlahan2 sambil dipompa olehnya. Aku merasakan tubuhku meriang menikmati
perlakuan Sinta, kemudian kurasakan penisku tercabut lagi lalu dikocok2
perlahan oleh tangannya. Air maniku berlumuran ditangannya. Lalu kulihat air
maniku juga menetes2 dari vaginanya.

"Enak?" Tanya Sinta. Aku mengangguk.
"Belum pernah seenak ini" Jawabku pelan.
"Jadi sudah terbukti belum?" Tanya gadis itu lagi. Aku tertawa.
"Sudah...ternyata kamu memang tidak suka dengan yang begituan, kamu lebih
suka yang asli"
"Nakal...." Perutku dicubitnya. Lalu kami kembali bergumul selama beberapa
saat.

Tak lama kemudian Sinta bangun dan berjalan kekamar mandi, sedangkan aku
kembali berpakaian dan meneruskan pekerjaanku.

Aku bersyukur telah mendapatkan Sinta, kami terus berhubungan, kadang2
dihotel kadang2 dirumahnya, ketika Bu Hardianto sedang keluar. Sebulan
kemudian aku mendapatkan kenikmatan yang jauh lebih dashyat.......tunggu
saja.

__________________
Page 1 of 1  sorted by
 
Quick Reply

Please log in to post quick replies.

Tweet this page Post to Digg Post to Del.icio.us


Create your own FREE Forum
Report Abuse
Powered by ActiveBoard